Perjalanan ke ITS Naik Angkot
10 Juni 2010 (kamis)
Kemarin” ngerencanain buat nyoba ke its naik angkot (sebelumnya belum pernah ke sana naik angkot) sama Erna dan pada akhirnya jadi hari ini. Ngajak Mimid juga tapi dia gak bisa, lagi gak enak badan katanya. Jadi akhirnya hari ini saya selingkuh dengan Erna, hehe.
Jam 7 pagi kami berangkat. Seperti biasanya kalo janjian Erna nunggu di depan gangnya, aku naik angkot dulu, melewati depan gangnya Erna sehingga kami bisa seangkot.
Turun di perempatan Kebomas, nunggu angkot ijo pupus Gresik-Sby. Udah ada sekitar 2 angkot yg nawarin tapi kami gak mau soalnya (karena) pengen duduk di depan biar aman. Datang lagi angkot nawarin, aku nyoba tanya “Di depan bisa pak?” (padahal waktu itu udah ada 1 orang di depan). Jadi secara tidak langsung kami mengusir orang itu sehingga dia pindah ke belakang. Hehe..
Masih dengan semangat pagi, kami sampai di JMP, mencari angkot O warna kuning jurusan Keputih (sesuai kata Ulil kemarin”). Kok gak ada ya? Kebanyakan angkot coklat dan hitam. Di antrean angkot bagian depan akhirnya kami melihat angkot kuning tapi gak ada tulisan O. aku tanya ke sopirnya, “Ke ITS pak?” kata sopirnya iya, akhirnya kami naik. Aku bilang ke pak sopir, “Turun sakinah ya pak,” (sesuai petunjuk dari peta yg digambarkan masnya Erna)
Perjalanan yg panjang dan lama dan tanpa tahu sudah kurang sedikit atau kurang banyak. (kalo angkot ijo pupus kan sudah sering, angkot kuning ini baru pertama kali).
Lama kemudian terlihat Asrama Haji Sukolilo. Berarti udah dekat, pikirku. Jadi inget pas kelas delapan dulu lomba di sini :) kenangan indah.
Angkot terus melaju, kami melihat mulut gang dengan tulisan kawasan gebang lor ato apa gitu (berarti gebang lor tu di situ toh, pikirku), dan beberapa tempat penting (males nyebutin). Trus sopir angkot bilang, “sakinah ya mbak” kujawab “iya”. Aku pikir hampir sampai, eh pak sopir bilang, “itu tadi”. Lho? Langsung aku bilang, “ya udah berhenti di sini!” (sialan sopir.e).
Kami turun dan berjalan, terlihat papan 'sakinah' terus kami jalan ke gang di depannya.
“lho ini jalan teknik sipil, ini jalannya ke kosku!” kata Erna penuh semangat. Kami berjalan di bawah terik matahari, peluh membasahi (lebay). Saat itu masih sekitar jam sembilan. Terus Erna nunjuk ke sebuah rumah, “itu lho kosku”.
“owh, bagus er, banyak tanamannya, hijau,” kataku menanggapi. Kami berjalan terus dan melihat papan jurusan statistika (kalo gak salah). Kami masuk aja, berjalan di antara kelas”, pura” udah jadi mahasiswa situ, dengan menahan rasa malu bercmpur bingung gak tau akan ke mana. (dulu udah pernah studi kampus ke sini, tapi tetap saja masih bingung).
Kami bahkan gak tau di mana saat itu berada. Di sekitar parkiran pas ada mbak” sendirian, dengan menahan malu aku tanya, “mbak, maaf mau tanya fmipa di mana ya?” (mbaknya noleh, wajahnya kayak habis nangis, wah jadi gak enak)
kata mbaknya, “ya ini semua fmipa, sini, situ, situ” (sambil nunjuk”). Wah betapa malunya. Setelah keliling lagi, kami sadar kalo sejak tadi berada di fisika. Singkat cerita akhirnya kami sudah menemukan matematika. Berkeliling lagi dan menemukan kimia. Berjalan, ada gedung BAUK, bank” mini (begitu saya menyebutnya), tempat les toefl, dan kami menuju masjid.
Duduk di depan masjid istirahat sejenak. Kakiku sakit gara” jalan kepanasan pake sepatu. Andai tadi pake sendal jepit pasti nyaman (gak mungkin lah). Saat itu masih sekitar jam sepuluh, nunggu dhuhur masih lama, terus ngapain ya, pikirku. Kami melihat ada kantin kecil di depan masjid, lalu kami ke sana beli makanan kecil. Kembali ke depan masjid, ada mbak” yang ramah (ternyata anak kimia, Erna seneng kenal sama calon seniornya ntar), kami dikasitau banyak hal dan bertanya banyak hal tentang ITS, tentang organisasi”, kegiatan mahasiswa. Mbaknya juga mewanti” karena kami masih polos (wah aku polos? wajahku ada mata, hidung, dan mulut lhang) jadi harus hati” dan lain lain.
Setelah itu lapar mendera, bingung nyari makan di mana, kalo di luar ntar sholatnya gimana, dan kami menemukan SCC, makan di sana sambil nunggu dhuhur. Setelah makan selesai dan terdengar adzan, kami kembali ke masjid (setelah membayar ke kasir tentunya) dan sholat dhuhur. Masih pengen tau banyak tempat (perpustakaan pusat, gedung robotika, gedung rektorat yg dulu kamar mandinya serem pas studi kampus) tapi keadaan gak memungkinkan (gila ae mlaku adoh seru).
Tujuan selanjutnya, aku pengen lihat calon kosku (dulu cuma nitip Mimid, aku belum pernah ke sana). Pengen naik becak aja tapi gak ada tukang becak sama sekali. Jadi terpaksa jalan lurus dan belok kiri, tapi tak berapa lama, lho ini kan yg ke gang depan sakinah tadi, sama jalan yg dulu aku nyari kos di perumdos sama Mimid dianter Ayan dan Akmal, bukan ini. Aku pengennya ke pintu depannya ITS, yg biasanya tampil di brosur. Akhirnya kami pilih jalan yg satunya, tapi kok beda ya sama yg dulu, tetap kami jalani (kaki mulai teriak”). Pas sampai di muka gang, bukan ini jalan yg kumaksud ! Jadi sepanjang tadi aku gak nemu pintu gerbang depan yg kumaksud. Lebih tepatnya sepanjang perjalanan hari ini.
Ada tukang becak. Berikut percakapanku dengan tukang becak, setelah diterjemahkan ke bahasa indonesia. Saya (S), pak becak (B)
S : “ke gebang lor pak. berapa?” (sama sekali gak tau gebang lor itu sebelah mananya tempatku berada saat itu)
B : “ya?”
S : (bingung) “ke gebang lor berapa?”
B : “iya”
S : “berapa?!” (agak ngotot)
B : “sepuluh” (jauhkah? pikirku)
S : (nyoba nawar ngawur) “lima aja?”
B : “ya”
S : (heran. kok orang.e langsung mau ya)
Kami naik dengan kaki tersenyum senang (kaki kok senyum). Melewati keputih. Lho masa gebang lor tu setelah keputih, berarti enak.an kos di keputih dong, gak terlalu jauh, pikirku.
B : “gebang lor mana?”
S : “ya pokoknya gebang lor, gak pake gang kok”
B : “tanya ke situ dulu saja”
S : ?????!!!!!! (lho, jadi dari tadi orang ini gak tau gebang lor. waduh, penumpangnya gak tau, tukang becaknya juga gak tau.)
Setelah tanya ke salah satu tukang becak lain, katanya gebang lor tu arah sebaliknya terus belok kanan (jadi tadi nyasar). Akhirnya putar balik dan melaju (aku mulai khawatir nyasar lagi) dan mendapati suasana jalan seperti pas naik angkot tadi. Oh berarti ini jalan yg bener. “itu gebang lor!” kata Erna sambil nunjuk arah depan agak kanan. Singkat cerita akhirnya kami sampai di calon tempat kosku.
Ketemu sama ibu kos, minta diperlihatkan calon kamarku. Bersih dan lumayan, sayangnya masalah jarak :( :( :( terus aku melengkapi data yang kurang dan nyetorin foto ke ibu kos. Kami pamit dan berjalan (lagi) sampai ke mulut gang, di sana sudah ada angkot menanti.
“JMP pak?” tanyaku. Kata pak sopir iya, lalu kami naik. Perjalanan lama ngantuk menerpa. Rencananya kalo uda sampe JMP mampir sekalian, sekedar jalan”. Tapi pas ngantuk mulai ilang, (ini belum sampe) tampak masjid takmiriyah dan beberapa angkot ijo pupus. Lho angkot ini lewat Indrapura? Pikirku. Akhirnya turun di sini dan langsung naik ijo pupus, gak jadi ke JMP, wes pegel (sudah capek, red).
Sampe di Kebomas, sudah serasa sampai rumah :D (aku sering nganggep kalo Kebomas adalah rumah)
that's all..
Kemarin” ngerencanain buat nyoba ke its naik angkot (sebelumnya belum pernah ke sana naik angkot) sama Erna dan pada akhirnya jadi hari ini. Ngajak Mimid juga tapi dia gak bisa, lagi gak enak badan katanya. Jadi akhirnya hari ini saya selingkuh dengan Erna, hehe.
Jam 7 pagi kami berangkat. Seperti biasanya kalo janjian Erna nunggu di depan gangnya, aku naik angkot dulu, melewati depan gangnya Erna sehingga kami bisa seangkot.
Turun di perempatan Kebomas, nunggu angkot ijo pupus Gresik-Sby. Udah ada sekitar 2 angkot yg nawarin tapi kami gak mau soalnya (karena) pengen duduk di depan biar aman. Datang lagi angkot nawarin, aku nyoba tanya “Di depan bisa pak?” (padahal waktu itu udah ada 1 orang di depan). Jadi secara tidak langsung kami mengusir orang itu sehingga dia pindah ke belakang. Hehe..
Masih dengan semangat pagi, kami sampai di JMP, mencari angkot O warna kuning jurusan Keputih (sesuai kata Ulil kemarin”). Kok gak ada ya? Kebanyakan angkot coklat dan hitam. Di antrean angkot bagian depan akhirnya kami melihat angkot kuning tapi gak ada tulisan O. aku tanya ke sopirnya, “Ke ITS pak?” kata sopirnya iya, akhirnya kami naik. Aku bilang ke pak sopir, “Turun sakinah ya pak,” (sesuai petunjuk dari peta yg digambarkan masnya Erna)
Perjalanan yg panjang dan lama dan tanpa tahu sudah kurang sedikit atau kurang banyak. (kalo angkot ijo pupus kan sudah sering, angkot kuning ini baru pertama kali).
Lama kemudian terlihat Asrama Haji Sukolilo. Berarti udah dekat, pikirku. Jadi inget pas kelas delapan dulu lomba di sini :) kenangan indah.
Angkot terus melaju, kami melihat mulut gang dengan tulisan kawasan gebang lor ato apa gitu (berarti gebang lor tu di situ toh, pikirku), dan beberapa tempat penting (males nyebutin). Trus sopir angkot bilang, “sakinah ya mbak” kujawab “iya”. Aku pikir hampir sampai, eh pak sopir bilang, “itu tadi”. Lho? Langsung aku bilang, “ya udah berhenti di sini!” (sialan sopir.e).
Kami turun dan berjalan, terlihat papan 'sakinah' terus kami jalan ke gang di depannya.
“lho ini jalan teknik sipil, ini jalannya ke kosku!” kata Erna penuh semangat. Kami berjalan di bawah terik matahari, peluh membasahi (lebay). Saat itu masih sekitar jam sembilan. Terus Erna nunjuk ke sebuah rumah, “itu lho kosku”.
“owh, bagus er, banyak tanamannya, hijau,” kataku menanggapi. Kami berjalan terus dan melihat papan jurusan statistika (kalo gak salah). Kami masuk aja, berjalan di antara kelas”, pura” udah jadi mahasiswa situ, dengan menahan rasa malu bercmpur bingung gak tau akan ke mana. (dulu udah pernah studi kampus ke sini, tapi tetap saja masih bingung).
Kami bahkan gak tau di mana saat itu berada. Di sekitar parkiran pas ada mbak” sendirian, dengan menahan malu aku tanya, “mbak, maaf mau tanya fmipa di mana ya?” (mbaknya noleh, wajahnya kayak habis nangis, wah jadi gak enak)
kata mbaknya, “ya ini semua fmipa, sini, situ, situ” (sambil nunjuk”). Wah betapa malunya. Setelah keliling lagi, kami sadar kalo sejak tadi berada di fisika. Singkat cerita akhirnya kami sudah menemukan matematika. Berkeliling lagi dan menemukan kimia. Berjalan, ada gedung BAUK, bank” mini (begitu saya menyebutnya), tempat les toefl, dan kami menuju masjid.
Duduk di depan masjid istirahat sejenak. Kakiku sakit gara” jalan kepanasan pake sepatu. Andai tadi pake sendal jepit pasti nyaman (gak mungkin lah). Saat itu masih sekitar jam sepuluh, nunggu dhuhur masih lama, terus ngapain ya, pikirku. Kami melihat ada kantin kecil di depan masjid, lalu kami ke sana beli makanan kecil. Kembali ke depan masjid, ada mbak” yang ramah (ternyata anak kimia, Erna seneng kenal sama calon seniornya ntar), kami dikasitau banyak hal dan bertanya banyak hal tentang ITS, tentang organisasi”, kegiatan mahasiswa. Mbaknya juga mewanti” karena kami masih polos (wah aku polos? wajahku ada mata, hidung, dan mulut lhang) jadi harus hati” dan lain lain.
Setelah itu lapar mendera, bingung nyari makan di mana, kalo di luar ntar sholatnya gimana, dan kami menemukan SCC, makan di sana sambil nunggu dhuhur. Setelah makan selesai dan terdengar adzan, kami kembali ke masjid (setelah membayar ke kasir tentunya) dan sholat dhuhur. Masih pengen tau banyak tempat (perpustakaan pusat, gedung robotika, gedung rektorat yg dulu kamar mandinya serem pas studi kampus) tapi keadaan gak memungkinkan (gila ae mlaku adoh seru).
Tujuan selanjutnya, aku pengen lihat calon kosku (dulu cuma nitip Mimid, aku belum pernah ke sana). Pengen naik becak aja tapi gak ada tukang becak sama sekali. Jadi terpaksa jalan lurus dan belok kiri, tapi tak berapa lama, lho ini kan yg ke gang depan sakinah tadi, sama jalan yg dulu aku nyari kos di perumdos sama Mimid dianter Ayan dan Akmal, bukan ini. Aku pengennya ke pintu depannya ITS, yg biasanya tampil di brosur. Akhirnya kami pilih jalan yg satunya, tapi kok beda ya sama yg dulu, tetap kami jalani (kaki mulai teriak”). Pas sampai di muka gang, bukan ini jalan yg kumaksud ! Jadi sepanjang tadi aku gak nemu pintu gerbang depan yg kumaksud. Lebih tepatnya sepanjang perjalanan hari ini.
Ada tukang becak. Berikut percakapanku dengan tukang becak, setelah diterjemahkan ke bahasa indonesia. Saya (S), pak becak (B)
S : “ke gebang lor pak. berapa?” (sama sekali gak tau gebang lor itu sebelah mananya tempatku berada saat itu)
B : “ya?”
S : (bingung) “ke gebang lor berapa?”
B : “iya”
S : “berapa?!” (agak ngotot)
B : “sepuluh” (jauhkah? pikirku)
S : (nyoba nawar ngawur) “lima aja?”
B : “ya”
S : (heran. kok orang.e langsung mau ya)
Kami naik dengan kaki tersenyum senang (kaki kok senyum). Melewati keputih. Lho masa gebang lor tu setelah keputih, berarti enak.an kos di keputih dong, gak terlalu jauh, pikirku.
B : “gebang lor mana?”
S : “ya pokoknya gebang lor, gak pake gang kok”
B : “tanya ke situ dulu saja”
S : ?????!!!!!! (lho, jadi dari tadi orang ini gak tau gebang lor. waduh, penumpangnya gak tau, tukang becaknya juga gak tau.)
Setelah tanya ke salah satu tukang becak lain, katanya gebang lor tu arah sebaliknya terus belok kanan (jadi tadi nyasar). Akhirnya putar balik dan melaju (aku mulai khawatir nyasar lagi) dan mendapati suasana jalan seperti pas naik angkot tadi. Oh berarti ini jalan yg bener. “itu gebang lor!” kata Erna sambil nunjuk arah depan agak kanan. Singkat cerita akhirnya kami sampai di calon tempat kosku.
Ketemu sama ibu kos, minta diperlihatkan calon kamarku. Bersih dan lumayan, sayangnya masalah jarak :( :( :( terus aku melengkapi data yang kurang dan nyetorin foto ke ibu kos. Kami pamit dan berjalan (lagi) sampai ke mulut gang, di sana sudah ada angkot menanti.
“JMP pak?” tanyaku. Kata pak sopir iya, lalu kami naik. Perjalanan lama ngantuk menerpa. Rencananya kalo uda sampe JMP mampir sekalian, sekedar jalan”. Tapi pas ngantuk mulai ilang, (ini belum sampe) tampak masjid takmiriyah dan beberapa angkot ijo pupus. Lho angkot ini lewat Indrapura? Pikirku. Akhirnya turun di sini dan langsung naik ijo pupus, gak jadi ke JMP, wes pegel (sudah capek, red).
Sampe di Kebomas, sudah serasa sampai rumah :D (aku sering nganggep kalo Kebomas adalah rumah)
that's all..
perjalanan kitaaa :D
ReplyDeleteyg melelahkan tpi menyenangkan hahaha
pokoknya suda bisa ke its dan kembali dg utuh hhoho
yg paleng tak inget pas makan di scc pnuh dg kekonyolan itu wkwkwk
yup lelah tp sneng,
ReplyDeletewkwk, aku kok tringat pmasangan pondasi cakar ayam ya, hal yg langka.
dan tringat nasib daftar ulang :(