Jika Amanah Bertanya

# Selasa, 10 Desember 2013 #

Dulu pada waktu tahun pertama, aku pernah berpikir orang yang punya 'jabatan' organisasi itu keren, dalam sudut pandang tertentu semacam 'bergengsi'. Yaah, pikiran sempit orang yang baru lulus SMA.

Lalu tahun kedua, pikiranku berubah. Bagiku ikut organisasi adalah belajar banyak hal dari orang-orang hebat, orang-orang yg menginspirasi. Dan bersemangat untuk banyak-banyak belajar. Namun harus siap waktu, siap mental. Tidak jarang tugas-tugas kuliah menumpuk, juga tidak jarang menjumpai orang-orang yg 'kontra' dengan organisasi yg kuikuti.

Tahun ketiga, aku berpikir bahwa 'jabatan' terkadang adalah amanah yg datang karena dibutuhkan; bukan permintaan diri, bukan keinginan mendalam apalagi ambisi. Dan mulai berpikir alangkah hebat orang-orang yg 'rela' tahun ke empatnya tetap mengabdi, di saat kebanyakan orang (termasuk aku) berpikir bahwa tahun ke empat itu saatnya pensiun organisasi, fokus akademik, harus lulus tepat waktu.

Kini tahun keempat, pikiranku tetap sama seperti tahun ke tiga. Merasa biasa saja, mendukung teman-teman yang 'rela' dan Insya Allah jika dibutuhkan akan bersedia membantu sekali-sekali. Tapi tidak ada keinginan untuk 'seperti dulu', sama sekali tidak ada keinginan, walaupun ada sedikit rasa bersalah, merasa egois ketika hanya berpikir akademik.

Dan sekarang apabila amanah bertanya, aku belum tahu jawabannya.

# Rabu, 11 Desember 2013 #

"Semakin banyak kita bantu orang, semakin banyak kita akan dibantu sama yg buat hidup", kata seorang kawan. Ada semacam rasa jleb..

Sebenarnya sudah lama yakin dengan kalimat "Barang siapa yg memudahkan urusan orang lain, Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat", tapi mungkin sejenak aku lupa, atau... keyakinan memang pasang-surut (dan beberapa waktu ini aku diam saja membiarkannya surut).

Jadi, bagaimana?

Comments