Malam Idul Adha 1437 H

Tulisan ini diary. Betul-betul diary. Nyampah, edisi mellow malam hari raya wkwk.

Setelah sebelumnya hampir 3 bulan liburan semester berada di Jawa Timur (Gresik + 3 minggu di Pare), agak kaget juga rasanya di Jakarta. Butuh sedikit penyesuaian. Apalagi aku pindah kos. Adaptasi dengan lingkungan sekitar yang baru.

Aku memang merencanakan tidak pulang saat idul adha, dengan pertimbangan:
1. Baru 2 minggu di sini, capek kalau bolak-balik.
2. Ingin merasakan sholat id di Istiqlal.
3. Biar berasa anak rantau beneran, haha.

Kemarin kawan se-kos (sekaligus senior di jurusan, yang sudah tinggal setahun di kos ini) pulang. Yah rumahnya di Depok jelas pulang lah, sama seperti aku dulu saat di Surabaya sering pulang.

Siang tadi, sesuai yang sudah kurencanakan, jam 11 aku berangkat ke Istiqlal naik motor, menghafalkan jalan dan posisi tempat parkir motor (agar besok gak ribet atau bingung karena banyak orang), sekaligus sholat jamaah dhuhur. Ternyata rutenya gampang. Berharap besok semua lancar bisa merasakan sholat id di masjid nomer satu di Indonesia tersebut. Entah kenapa setiap sholat di sana ada rasa haru berkaca-kaca (mungkin karena waktu kecil dulu cuma sering lihat dari layar kaca). Padahal itu baru Istiqlal, gimana kalau Masjidil Haram, mungkin aku akan tersedu-sedu.
Suasana saat muadzin sedang mengumandangkan adzan dhuhur.

Melihat ke arah teras dengan posisi terlihat ujung Monas (tapi gak muncul di hasil foto, maklum kamera HP pas-pasan).

Survey sudah dilakukan, tapi kemudian ternyata Allah punya kehendak lain. Yaah memang jadwalnya, meski kadang maju-mundur dan aku sempat berharap mundur. Alhamdulillah.. Khusnudzon, memang ini yang terbaik. Bisa jadi kalau aku sholat di sana ada hal yang kurang baik untukku, entah perjalanannya atau lainnya.

Sore tadi ibu kos nawari makanan. Ada lontong dan ketupat. Beliau juga masak beberapa lauk dalam jumlah banyak. Disuruh ambil sendiri. Sambil sungkan (tapi senang wkwk maklum anak kos) aku ambil ketupat (biar lebih terasa hari raya ketimbang lontong) dan telur bulat bumbu kecap. Ibu kos sebelumnya juga pernah memberi kue, pernah godo tempe, pernah juga bubur saat syukuran lahirnya cucu yang ke-2.

Setelah isya', aku turun lagi bermaksud beli cemilan yang manis-manis, misalnya bubur kacang ijo. Salah satu cara ampuh mengubah mood menjadi riang adalah dengan makanan kesukaan wkwk. Sekaligus pulangnya masukin motor ke teras. Pas turun ternyata bapak kos sedang masukin motorku. Dengan ramah beliau nanya, "mau keluar lagi?" Merasa gak enak dan sudah untung dibantu masukin (masukin motor ke teras agak naik dan susah) akhirnya aku jawab "enggak kok pak, cuma ke deket sini aja". Ah bapak kos ini perhatian dengan motor anak-anak kosnya. Aku memilih jalan kaki, toh tidak harus bubur kacang ijo. Akhirnya beli martabak manis dekat gang. Nunggu martabak manis dibuatkan sambil melamun.

Ah, punya ibu kos dan bapak kos yang baik sekali. Mertua-able wkwk. Tapi kenapa malah jadi sedih. Ingat bapak dan ibu di rumah. Mereka memang mirip. Ibu kos kalau pagi jualan nasi dan terima pesanan katering. Pintar masak, sama seperti ibu di rumah. Bapak kos bukan karyawan, sehari-hari berada di rumah bersama ibu kos menyiapkan pesanan katering (yang hampir ada setiap hari). Sama seperti bapak di rumah, bukan karyawan, bersama ibu membuat kue. Sama-sama mantan ketua RT, sama-sama 'sumeh' (baca: bermuka ramah), dan sama-sama seorang kakek yang dekat sekali dengan cucunya. Cucunya bu kos yang pertama umur 3 tahun, suka nonton Upin-Ipin. Rasanya jadi sering inget ponakan, hiks.. Bersyukur... Alhamdulilllah.. Allah sudah memberikan lingkungan yang aman dan nyaman.

Aah mellow amat sih wkwk. Baru sekali ini saja hari raya gak pulang, itupun bukan idul fitri. Lagipula seiring bertambah umur, idul adha di rumah juga makin sepi. Tapi yaa namanya pengalaman pertama tidak berada di rumah saat di mana-mana suara takbir dikumandangkan, terasa berbeda :')

Pertama, ini pilihanku sendiri. Kedua, toh hampir semua orang tetap ada. Penjual jus di belokan deket kos tetap ada. Penjual martabak telor ada. Penjual martabak manis ada. Penjual soto ayam lamongan ada. Penjual penyetan bebek madura ada. Dan masih banyak lagi. Karyawan minimarket juga tetap harus masuk kerja. Aku gak sendirian :)

Lagipula, sungguh tidak tahu diri jika begini saja mengeluh. Aku tahu, banyak orang yang tidak bisa bertemu keluarga setahun, dua tahun, bahkan lebih. Ada juga yang sudah tidak memiliki orang tua, mau bertemu siapa saat pulang?

"Jangan mengeluh tidak punya sepatu, karena mungkin saja keluhanmu itu didengar oleh orang yang tidak punya kaki".

Selamat Idul Adha.

Kel. Paseban, Kec. Senen, Jakarta Pusat.
Malam 10 Dzulhijjah 1437 H.

Comments