Men Are From Mars, Women Are From Venus

Gak ada ide buat bikin resensi 😁
Jadi aku tulis saja kutipan terpilih dari masing-masing bab di buku ini.

Judul: Men Are From Mars, Women Are From Venus
Penulis: John Gray, Ph.D
Kesan: Banyak hal yang baru aku tahu dari buku ini. Kadang senyum-senyum sendiri bacanya karena contoh-contoh kasus yang diceritakan di sini seringnya bener 😂

Bab 1.
Kaum pria secara keliru mengharapkan kaum wanita untuk berpikir, berkomunikasi, dan bereaksi seperti pria; kaum wanita pun secara keliru mengharapkan kaum pria untuk merasa, berkomunikasi, dan menanggapi seperti wanita. Kita lupa bahwa pria dan wanita sewajarnya berbeda.

Bab 2.
Dua kesalahan yang paling sering dilakukan:
1. Pria berusaha mengubah perasaan-perasaan wanita saat ia sedang marah dan menjadi "tuan pemberes" dan menawarkan pemecahan-pemecahan terhadap kesulitan-kesulitan si wanita, sehingga mengabaikan perasaan-perasaan wanita itu.
2. Wanita berusaha mengubah kelakuan pria manakala pria itu membuat kesalahan dengan menjadi "panitia perbaikan rumah" dan menawarkan nasihat atau kecaman yang tidak diminta.

Bab 3.
Untuk merasa lebih enak, orang-orang Mars masuk ke gua-gua mereka guna menyelesaikan persoalan-persoalan mereka sendirian.
Untuk merasa lebih enak, penduduk Venus berkumpul bersama dan secara terbuka membicarakan kesulitan-kesulitan mereka.

Bab 4.
Kaum pria jadi termotivasi dan bersemangat kala mereka merasa dibutuhkan.
Kaum wanita jadi termotivasi dan bersemangat kala mereka merasa dicintai.

Bab 5.
Bahasa Mars dan bahasa Venus mempunyai kata-kata yang sama, tetapi cara penggunaannya memberikan makna yang berbeda-beda. Untuk dapat mengungkapkan perasaan-perasaan secara utuh, wanita menggunakan berbagai macam superlatif, metafor, dan generalisasi. Keluhan nomor satu kaum wanita dalam hubungan-hubungan adalah: "Saya merasa tidak didengarkan". Bahkan keluhan ini pun disalahartikan kaum pria.

Bab 6.
Pria yang mencintai wanita pun secara berkala merasa perlu menarik diri sebelum dapat lebih mendekat. Pria secara otomatis berubah-ubah antara membutuhkan kedekatan dan kemandirian.

Bab 7.
Kaum pria mempertahankan hak untuk bebas, sementara kaum wanita mempertahankan hak untuk kecewa. Kaum pria menghendaki ruang gerak, sementara kaum wanita menghendaki pengertian.

Bab 8.
Kebutuhan primer wanita adalah perhatian, pengertian, hormat, kesetiaan, penegasan, dan jaminan. Kebutuhan primer pria adalah kepercayaan, penerimaan, penghargaan, kekaguman, persetujuan, dan dorongan.

Bab 9.
Semakin dekat kita dengan seseorang, semakin sulit mendengarkan sudut pandang mereka secara objektif tanpa bereaksi terhadap perasaan-perasaan negatif mereka.
Kebanyakan pertengkaran berkobar saat pria mulai meremehkan perasaan-perasaan wanita dan wanita menanggapi pria dengan cara menolaknya.

Bab 10.
Jika wanita memberi nilai, tak peduli pemberian cinta itu besar atau kecil, angkanya adalah satu poin; masing-masing pemberian mempunyai nilai yang sama. Pria menganggap ia mendapat satu poin untuk satu pemberian kecil dan memperoleh 30 poin untuk pemberian besar sehingga memusatkan energi ke arah satu atau dua hadiah besar. Bagi wanita, hal-hal kecil sama pentingnya dengan hal-hal besar, misalnya sekuntum mawar sama nilainya dengan membayar sewa rumah tepat waktu.

Bab 11.
Sebagai orang dewasa, umumnya kita berusaha mengendalikan perasaan-perasaan negatif dengan menjauhinya. Ironisnya, justru tindakan menghindar ini memberikan kekuatan kepada perasaan-perasaan negatif itu untuk menguasai hidup kita.
Untuk menemukan perasaan-perasaan cinta, kerap kali kita harus terlebih dahulu merasakan semua perasaan negatif (amarah, sedih, takut, dan penyesalan).

Bab 12.
Hubungan disebut sehat bila kedua pihak bebas meminta apa yang mereka inginkan dan butuhkan, dan bebas untuk mengatakan tidak apabila mereka memilih begitu.

Bab 13.
Suatu hubungan mirip dengan taman. Bila taman itu diharapkan tumbuh subur, taman itu harus diairi secara teratur. Harus diberi perhatian khusus, dengan memperhitungkan musim-musim maupun cuaca yang tak dapat diramalkan.
Jatuh cinta dapat diibaratkan musim semi. Kita merasa akan bahagia selamanya. Pasangan kita tampaknya sempurna.
Ketika cinta mengalami musim panas, kita menyadari bahwa pasangan kita tidak sesempurna yang kita duga. Bukan saja berasal dari "planet" lain, tapi ia pun manusia yang bisa membuat kekeliruan dan dalam segi-segi tertentu mempunyai cacat. Kekecewaan dan putus asa bermunculan; rumput-rumput harus dicabuti dan tanaman membutuhkan tambahan air di bawah teriknya matahari.
Ketika musim gugur tiba, kita mengalami cinta yang lebih matang, yang bisa menerima dan memahami cacat-cacat pasangan kita maupun cacat kita sendiri.
Ketika tiba masanya musim dingin yang hampa dan beku, ini saat-saat kita mengalami kepedihan atau bayangan diri kita sendiri yang belum terselesaikan. Ini merupakan saat untuk tumbuh menyendiri. Setelah mencintai dan menyembuhkan diri sendiri dalam kegelapan musim dingin, musim semi akan kembali.

Comments

Post a Comment