Akademik Sukses, Bisnis Sukses

Wawancara dilakukan pada:
hari               : Jumat
tanggal         : 5 Oktober 2012
pukul            : 20.15 - 20.50 WIB
tempat           : Kantor di Perum Wisma Mukti Klampis Harapan
pewawancara: - Ratna Maulidiyah
                        - Dita Marsa Yuanita
.

Achmad Ferdiansyah Pradana Putra atau yang dikenal dengan sapaan Cak Ferdi merupakan salah satu kebanggan ITS. Bagaimana tidak, Cak Ferdi ini lulus S1 Teknik Kimia tahun 2010 dengan IPK cumlaude sambil tetap mengusung bisnis yang sedang berkembang. Selanjutnya Cak Ferdi menjalani S2 Teknik Kimia dan telah wisuda tahun ini dengan IPK cumlaude juga, dengan bisnis yang cukup membanggakan. Saat ini selain mengembangkan bisnis, sehari-hari Cak Ferdi juga menjadi dosen di ITS dan ITATS.
Laki-laki yang lahir di Blitar dan dibesarkan di Malang ini berpikiran untuk menjadi wirausaha tidak sejak awal kuliah, namun baru setelah semester 6. Pada semester 1 sampai 6, Cak Ferdi adalah mahasiswa yang sehari-hari belajar dengan tekun sambil berorganisasi. Impiannya saat itu adalah menjadi insinyur yang bekerja di perusahaan asing.


Seiring dengan berjalannya waktu, Cak Ferdi mulai berpikir untuk menjalani sesuatu yang bisa bermanfaat untuk orang lain. Dari situlah muncul ide berwirausaha. Diawali dengan usaha Hetric (Herbal Electric) yaitu pengharum ruangan serbaguna yang memiliki 5 fungsi, disusul dengan usaha energi alternatif yaitu CV Joyfresh yang memproduksi Green Flame, kemudian ditambah dengan usaha jasa yaitu Sang Juara School yang merupakan Softskill Service Center Education. Ketiga bisnis ini semuanya masih berjalan dan terus berkembang hingga sekarang.
Kedua orang tua Cak Ferdi berprofesi sebagai guru (PNS). Meskipun terlahir dari orang tua yang tidak punya riwayat wirausaha, Cak Ferdi bisa menjadi seorang technopreneur yang cukup sukses. Ketika ditanya awal mula mengapa bisa sukses berwirausaha, lelaki alumni SMA Taruna Nusantara Magelang ini menjawab, “Sebenarnya berawal dari kondisi yang terdesak”. Cak Ferdi menjelaskan bahwa dirinya sejak semester 3 telah mandiri finansial dari orang tua. Cara yang dilakukan adalah dengan rajin mengikuti lomba karya tulis ilmiah untuk menjadi juara dan mendapatkan uang. Setelah berpikir untuk berbisnis, Cak Ferdi sungguh-sungguh mengembangkan bisnis karena kondisi yang merasa tidak boleh gagal.
Setiap usaha pasti pernah mengalami adanya hambatan-hambatan yang mengganggu proses berjalannya usaha. Hambatan-hambatan yang dirasakan oleh Cak Ferdi antara lain terkadang perputaran modal kurang lancar dan kendala kurangnya tempat. Namun bisnis tetap dijalani, jangan sampai hambatan menjadi penghalang kesuksesan.
Harapan ke depan dari Cak Ferdi adalah bisnis semakin besar, punya bisnis lain yang berbasis teknologi canggih. Cak Ferdi juga berharap mahasiswa-mahasiswa sekarang bisnisnya berbasis pengetahuan, tidak sekedar cari gampang seperti bisnis kuliner.
Cak Ferdi berpesan kepada mahasiswa untuk mencoba mulai sekarang mandiri finansial dari orang tua. Stop uang dari orang tua, karena pemberian itulah yang membuat mahasiswa tidak kreatif dan bisnis gagal. Ketika pemberian itu dihentikan, barulah mahasiswa akan berpikir bagaimana caranya mencari uang untuk bertahan, di situlah ide-ide kreatif dan kesungguhan akan muncul.
Ketika ditanya bagaimana tips bisnis sukses tapi kuliah juga sukses dengan IPK cumlaude, Cak Ferdi menjelaskan bahwa semasa kuliah dirinya anti menyontek. Ketika akan ada kuis, datangi teman yang pandai sambil membawa soal-soal tahun sebelumnya dan tanyakan apa sudah mengerjakan soal-soal tersebut. Jika sudah maka minta dijelaskan, dan jika belum ajak untuk mengerjakan bersama. Selain itu Cak Ferdi menegaskan bahwa jam kuliah harus dimaksimalkan. Duduk di depan, benar-benar memperhatikan dosen dan berusaha mengerti. Tidak sekedar datang untuk absen lalu tidak fokus atau malah ketiduran di kelas seperti kebanyakan mahasiswa.
Saat kuliah, Cak Ferdi juga mengikuti organisasi. Ilmu dari organisasi yang didapat antara lain membiasakan berinovasi dan prinsip rapat maksimal 30 menit yang merupakan pembelajaran tepat waktu, efektif dan efisien. “Kalo bisa rapat online ya online saja”, kata wirausahawan yang selalu menanamkan prinsip kejujuran dan kepuasan pelanggan ini. Intinya Cak Ferdi berprinsip tidak boleh membuang-buang waktu.
Terakhir, tips dari Cak Ferdi untuk menanamkan jiwa wirausaha yaitu hindari sikap malu. Jiwa entrepreneur itu jiwa yg tidak akan malu berjualan. “Mahasiswa sekarang kalo dikasi barang terus disuruh jualan malu kan? Padahal apa yang salah dengan jualan? Tapi nyontek gak malu. Padahal jualan itu gak salah, sedangkan nyontek salah”, terang Cak Ferdi.

Comments