Hubungan Antara Status Lama dengan 'Rekaman Besar'

Sedang musim status-status lama teman 'terangkat' kembali, maka iseng 'introspeksi' melihat status diri sendiri beberapa tahun lalu (sekitar 2009 dan 2010)
- Ternyata dulu aku sering pake Bahasa Jawa kasar (yg dulu gak terasa kasar). Karena yaah, memang begitulah Bahasa Jawanya orang Jawa Timur bagian utara.
- Ternyata dulu aku sering banget pake kata 'seru'.
Gresik seru ya! :D


- Ternyata aku pernah menggunakan 'qw' untuk kata aku, 'muw' untuk kata kamu, 'cp' untuk kata siapa, dan beberapa lainnya. Bukan huruf besar-kecil sih, tapi tetep aja itu ada unsur alay. Geli bacanya.
- Ternyata aku pernah menggunakan kata 'km' untuk orang yg lebih tua, misalnya kakak kelas, yg kalo sekarang menurutku kurang sopan.
- Ternyata dulu aku pernah mengeluh dan berdoa di status FB.
- Ternyata dulu aku pernah semacam galau (dulu kata 'galau' belum ngetop kan ya), sedih, dan berantakan untuk hal-hal yg tidak penting.
- dan beberapa 'ternyata' lainnya.

Ternyata, dalam beberapa hal aku heran dan tidak percaya kalau yg dulu itu aku. Beberapa hal bahkan terasa agak 'nggilani'.
Kemudian terpikir....
Inilah yang terekam oleh FB, jadi hanya sejak punya FB. Dan karena hanya FB, status yg aku tidak berkenan untuk ada tinggal kuhapus saja.

"Tapi bagaimana dengan rekaman seluruh hidup yg nantinya ditampilkan seluruh detailnya di hari yg telah dijanjikan?"

Status FB sekitar 3 tahun lalu saja benar-benar lupa dan terheran-heran melihatnya, apalagi jika yg ditampilkan adalah diri sendiri beberapa puluh tahun lalu (jika diberi umur lebih dari beberapa puluh tahun).

Maka mutlak solusinya: mengisi setiap detik sisa 'jatah' umur dengan baik dan benar, agar nanti tak menyesal pada hari ketika 'rekaman besar' ditampilkan.
#selftalk #renungan

Comments