Dilema Jabat Tangan (Salaman/Salim)


Berusaha untuk tidak jabat tangan dengan lawan jenis itu rasanya.... berkali-berkali gak enak hati. Kenapa susah sekali.. Yg ngajak jabat tangan ketika dibalas dengan senyum sambil merekatkan kedua tangan di depan (kayak sungkemnya lebaran yg di iklan-iklan) kebanyakan ekspresinya jadi gak enak, kayak tersinggung.

Pernah juga ada yg (mungkin krn teman sendiri, jadi dgn nada bercanda mengutarakan pendapatnya) ngira aku sekarang gaya, sombong, dsb.
Tidaaaak, bukan begitu :(
Maaf kalo ada yg merasa tersinggung, tapi aku sama sekali gak ada maksud begitu.. Aku hanya merasa, boleh kan kalo aku bersikap sopan dan menghargai orang lain dengan cara yg lainnya, tidak harus jabat tangan?


Ada yg berpendapat, kalo orangnya sudah tua seperti sosok seorang bapak (contoh: dosen, petinggi kampus, dsb) tidak apa-apa salim. Tapi menurutku, kan tidak ada hubungan kekerabatan.
Ada juga yg bilang, hanya salaman gak akan menimbulkan perasaan yang aneh-aneh kok. Iya aku tahu, dan itu bukan alasanku gak ingin jabat tangan kok, aku sama sekali gak berpikir ke arah situ.
Aku juga bukan orang yg gak mau interaksi dgn lawan jenis. Aku senang berkawan dengan siapa saja :D
Hanya saja soal jabat tangan ini, aku merasa kurang nyaman, dan aku resah kalo dipaksakan..

Mari saling menghargai :)

Rasanya aku iri dengan budaya orang Jepang yang sikap hormatnya dengan 'ojigi' (menundukkan badan), tidak harus bersentuhan.

Comments