Mbolang Singapura dan Malaysia (Pengalaman Jalan-Jalan ke Singapura dan Johor Bahru)

Sebenernya ini perjalanan yang sudah lama (tapi belum setahun sih) dan karena sudah ada draft-nya, jadi ya gapapa lah tinggal dikecapin dikit lalu di-post. Oh ya tulisan ini tidak disponsori oleh pihak manapun. Jika ada penyebutan merek, itu murni berbagi informasi saja. Semoga cerita tentang pengalaman mbolang ke Singapura dan Johor Bahru ini bermanfaat :)
(Yeeey, berangkat......!)

Akhirnya terealisasi juga mbolang yang terencana sejak lama. Hasil 'nguli' di Tangerang, wkwk. Kami sudah merencanakan perjalanan ini dari jauh-jauh hari sebelumnya, hampir setengah tahun. Mulai dari ngajak kawan-kawan yang lain tapi sedikit yang minat. Beberapa kendala belum punya paspor dan gak bisa ngurus dalam waktu dekat, ada juga yang paspornya hilang artinya akan ribet ngurusnya apalagi harus pulang ke kampung halaman, dan sisanya terutama kawan yang cowok-cowok gakmau kalau mbolang ngabisin duit dengan total satuan "juta" (harus rajin nabung buat nikah kata mereka, wow visioner gan). Okelah karena sudah pengen dari lama plus sudah ada yang pengalaman (Mbak Kiki sudah pernah ke Singapura sebelumnya, sedangkan aku dan Mbak Cil baru akan pertama kali), jadilah dieksekusi meski hanya kami cewek-cewek.

Perencanaan dan Tiket Pesawat
Perencanaan dimulai dari bikin grup WA, browsing sana-sini, cari info tiket pesawat dan bikin plan A, B, C, A1, A2, A3, A4, F4 (eh enggak ding ini ukuran kertas), lalu dianalisis (halah bahasanya), dan akhirnya kami pilih yang paling sesuai dari segi jadwal dan harga. Kami pesan tiket pesawat melalui Tra***oka, dapat tiket pesawat PP Jakarta-Singapura sekitar Rp 900 ribu per orang. Kami pesan tiket dari jauh-jauh hari sebelumnya agar dapat harga terjangkau.
(Pesan tiket pesawat untuk 3 orang)

Penginapan

Setelah tiket pesawat didapat, yang harus dipikirkan selanjutnya tempat menginap. Kami pesan melalui web Ag**a karena banyak pilihan penginapan kelas menengah ke bawah dan lebih murah dibanding 'sebelah'. Jadi tempat kami menginap bukan hotel melainkan hostel, alias bisa campur dengan orang lain yang gak dikenal dengan harga super hemat. Tapi karena kami perempuan memakai kerudung, agak ribet kan kalau harus menutup aurat di dalam kamar, jadilah kami pesan family room berupa 1 kamar pribadi meski lebih mahal sedikit. Awalnya rencana 4 orang (kami bertiga ditambah 1 teman Mbak Kiki yang kerja di Singapura akan ikutan, tapi akhirnya gak jadi ikut). Kamar yang kami pesan tanpa AC, adanya kipas angin, dengan kamar mandi dalam. Ada 2 ranjang tingkat jadi bisa untuk 4 orang. Mirip kos-kosan lah. Biaya menginap 2 malam sekitar Rp 1,6 juta dibagi 4 orang jadi per orang sekitar Rp 400 ribu. Oh ya yang jadi pertimbangan kami dalam memilih tempat menginap (selain harga dan lingkungan) adalah lokasi yang dekat dengan stasiun MRT, agar hemat tinggal jalan kaki aja dari/ke stasiun. Selain itu review di web dari orang-orang yang pernah menginap di tempat tersebut juga penting untuk dipertimbangkan.
 (Pesan tempat menginap di daerah Kallang)


Setelah penginapan sudah dapat, langkah berikutnya kami bikin rundown acara dan daftar barang apa saja yang perlu dibawa (terstruktur banget ya? harus dong! fail to plan means plan to fail hehe). Barang yang cukup penting adalah (aduh lupa namanya) semacam T tapi untuk mengonversi dari sumber listrik yang lubangnya tiga agar bisa dipakai oleh colokan alat elektronik yang berlubang dua, karena di sana standarnya colokan lubang tiga, tidak seperti di Indonesia yang lubang dua. Barang bawaan kami gak banyak sih. Gak perlu koper. Cukup ransel dan tas kecil aja agar bisa dibawa ke kabin pesawat, gak perlu masuk bagasi.

Kamis, 14 Januari 2016
Kami berangkat tengah malam supaya hemat biaya penginapan wkwk (namanya juga mbolang), sekaligus karena kamis masih kerja, ambil cutinya Jumat. Pesawat berangkat pukul 21.55 WIB dari Bandara Soekarno Hatta dan tiba di Changi Airport Singapore pukul 00.40 waktu Singapura. Durasi perjalanan sekitar 1,5 jam, tapi waktu Singapura lebih cepat sejam dibanding WIB (kalau dipikir-pikir dengan pemikiranku yang awam, kurang masuk akal jika dilihat dari posisi geografisnya Singapura yang tidak "lebih timur" dari posisi wilayah WIB. Entahlah..).

Setiba di Changi Airport, kami mencari rest area. Changi Airport ini terdiri dari 3 terminal. Untuk pindah dari satu terminal ke terminal lainnya, kami naik Skytrain. Butuh waktu agak lama nyari rest area yang kami maksud meski banyak brosur penunjuk bandara beserta denahnya. Setelah ketemu, kami ke toilet lalu sholat. Kami sudah bawa botol minum buat jaga-jaga kalau sistemnya toilet kering semua alias cuma pakai tisu (buat diisi air dari wastafel lalu dipake buat 'menyucikan' hehe). Tapi ternyata di antara sederetan bilik toilet kering, disediakan satu yang ada selang airnya (bukan toilet kering). Hore.. Alhamdulillah.

Gimana dengan kondisi musholanya? Bagus, rapi, bersih. Jadi sebetulnya ini bukan spesifik mushola, tapi umum sebagai tempat ibadah bisa dipakai agama apapun. Tapi disediakan tempat yang bisa dipakai untuk wudhu yang nyaman dan bersih. Waktu itu yang ada di dalam ruang ibadah ya orang sholat sih, tidak nampak orang agama lain sedang ibadah. Di sana disediakan mukena serta sajadah yang rapi dan wangi, juga tasbih-tasbih yang tergantung rapi. Salut banget buat kebersihan dan kerapiannya.

Setelah sholat, waktu menunjukkan sekitar jam 2, kami mulai ngatur posisi tidur nggembel di bandara. Eits jangan dibayangkan seperti nggembel di pinggir jalan ya! Di sana memang ada tempat untuk selonjoran (mirip kursi berjemur di pantai), tapi karena penuh, jadi banyak juga yang selonjoran di bawah. Karpetnya lumayan empuk dan banyak juga kok orang lain (dari negara lain) yang nggembel. Beberapa nampaknya single traveler. Keren!
(Nih penampakan tempat nggembel di bandara. Bagus kan..)

Jumat, 15 Januari 2016
Pagi-pagi kami bangun, sholat subuh, lalu tidur lagi sebentar kayaknya (eh? serius masih capek dan ngantuk banget!). Toh bus yang akan kami naiki untuk ke Johor baru ada jam 8an. Kami ke Johor naik bus gratis, masih termasuk dalam fasilitas Jetst*r, pesawat yang kami naiki saat berangkat. Jadi kalau baru aja naik pesawat tersebut atau akan naik dalam selang waktu kurang dari 24 jam, bisa naik gratis dengan nunjukin boarding pass atau tiket pesawat. Infonya kami dapat dari webnya:

(Info bus gratis rute Changi-Johor Bahru)

Bus berangkat pukul 08.20 waktu setempat.

(Menuju bus Changi-Johor.. nah itu penampakan busnya, dan itu aku yang gak sadar kalo difoto hehe.. photo by Mbak Kiki)


Pukul 09.30 kami tiba di clearance immigration Singapura, atau bahasa awamnya izin keluar dari wilayah Singapura. Jadi kami semua penumpang bus turun, bus menunggu, setelah itu naik bus lagi. Di bus sudah tertulis kalau bus hanya akan menunggu 15 menit. Kalau lebih dari itu bye-bye, akan ketinggalan bus. Pak Sopirnya juga sempat menyampaikan sebelum kami turun. Penumpang lari-lari kecil tapi tetap tertib, lalu masuk antrian imigrasi dengan tertib. Hal yang berkesan adalah meskipun orang-orang di sini tampak buru-buru, tapi semuanya tertib. Di sini intinya paspor dapat stempel dinyatakan keluar dari wilayah Singapura, itu aja sih. Setelah itu kami kembali naik ke dalam bus. Hanya selang beberapa menit, bus sudah berhenti lagi karena masuk wilayah Malaysia.

Pukul 09.40 tiba di kantor imigrasi Malaysia untuk proses yang bahasa awamnya izin masuk ke wilayah Malaysia. Di sini cap sidik jari dan dapat stempel lagi di paspor. Kondisi ramai dan antri lumayan panjang. Kami sudah was-was akan ketinggalan bus yang lagi-lagi hanya menunggu 15 menit. Selesai urusan, kami bingung karena tidak tahu bus menunggu di lokasi yang mana, atas atau bawah, jadi kami harus lurus saja atau ke bawah? Dan..... kami ketinggalan bus karena salah pilih jalan. Sedih. Tapi yah... banyak jalan menuju roma, banyak cara mencapai tujuan. Oh ya salah satu yang menarik adalah di lorong sini tempat orang lewat berlalu lalang, yang terdengar sedang diputar adalah lagunya Radja. Iya Radja, grup musik Indonesia yang dulu pernah populer.


Setelah bingung, kami ngikutin aja orang-orang dan nyari petugas untuk tanya.


(Akhirnya dari situ kami nyeberang ke depan JB Sentral. JB Sentral ini merupakan terminal bus dan semacam pasar agak modern, setengah mall.)

Di sebelah terminal, ada warung makan yang rame. Penjualnya pake kopyah/peci putih dan kaos oranye seragam. Nampak seperti orang Pakistan atau entahlah, aku gak bisa mengenali asal negara orang. Yang pasti gak berwajah Melayu. Intinya: Insya Allah makanannya halal kalau di Malaysia mah.


(Warung makan)

Kami memutuskan makan dulu. Di sini prasmanan. Masuk ngambil-ngambil sendiri lalu nunjukin apa aja yang diambil ke kasir dan bayar.


(Nasi sama ayam doang sih.. 5,3 ringgit. Menu lainnya gak kenal, takut malah gak doyan kan gak enak kalo nyisain di piring. Nasinya kelihatan banyak? travelling kan harus banyak energi haha)



Sambil makan kami sempat ngobrol dengan pasangan Bapak-Ibu yang semeja dengan kami (mejanya panjang-panjang di sini). Mereka menunjukkan arah dan beberapa rute angkutan umum.

Pukul 10.50, kami akan melanjutkan perjalanan. Tempat yang menjadi tujuan datang ke kota ini adalah Masjid Sultan Abu Bakar. Setelah nanya-nanya ke petugas dan orang-orang di terminal, kami naik salah satu bus (di sini ada banyak bus dengan berbagai rute, namanya juga terminal). Jarak terminal bus JB Sentral dengan masjid ternyata tidak begitu jauh, ongkosnya hanya 1 ringgit. Jadi, tadi itu kami ketinggalan bus tapi malah lebih bener ketimbang misalnya tadi gak ketinggalan dan ikut bus yang tadi ke Larkin Terminal. Tersesat yang membawa berkah :)

Jam 11 bus berangkat. Gak berapa lama kemudian masjid sudah kelihatan, kami jalan kaki sedikit menuju lokasi masjid. Oh ya yang agak sedih adalah.. hari itu merupakan H+1 peristiwa bom Sarinah. Kejadian itu terpampang gede-gede di halaman depan koran-koran Malaysia. Beberapa orang yang kami temui dan ngobrol ketika tahu kami dari Indonesia, langsung menanyakan tentang itu. Apalagi ketika tahu kami dari Jakarta, tapi yah mana kami tahu kalau ditanya-tanya, kami sendiri tahunya juga cuma dari berita di internet -_-


Setiba di masjid, sayangnya masjid tersebut bagian dalamnya sedang direnovasi, jadi gak bisa masuk.


(Masjid Sultan Abu Bakar, Johor Bahru, Malaysia. Dibangun antara tahun 1892 hingga 1900, di bawah titah Sultan Abu Bakar -info by wikipedia- )

Jadi kami hanya bisa ke gedung belakangnya yang digunakan sebagai 'masjid sementara'. Kami tiba di sana kebetulan menjelang waktu sholat Jumat. Takmir di sana memperingatkan kami untuk segera jika ingin menggunakan toilet, karena beberapa saat lagi toilet perempuan juga akan digunakan oleh laki-laki karena banyaknya jamaah sholat Jumat.



Kami numpang mandi di toilet masjid (jadi dari pagi belum mandi? hehehe). Pukul 12.20 selesai mandi, kami masuk ke tempat sholat perempuan (ada sekat/pembatasnya), sekaligus itu bisa dianggap sebagai cara untuk 'sembunyi' karena kami disuruh oleh takmir masjid sana agar tidak terlihat oleh para jamaah laki-laki.



Kami menunggu dhuhur dan sekalian ikut sholat Jumat. Ini adalah pengalaman kedua dalam hidupku ngelakuin sholat Jumat. Pengalaman pertama dulu di Masjid Al Falah Darmo, Surabaya. Hal yang berkesan pada sholat Jumat kali ini adalah dengerin khutbah Jumat pakai 'Bahasa Upin-Ipin' hehe. Sisanya aku cuma terharu... sungguh betapa agung Al Quran. Meski di negeri yang berbeda, bahasa yang agak berbeda, bacaan Al Quran akan tetap sama di manapun kita berada. Tajwid yang sama, makhroj yang sama. Ya, Al Quran yang sama.

(Foto dulu sebelum meninggalkan area masjid)


Daerah sekitar masjid ini nampaknya wilayah yang sangat religius, semacam daerah pesantren. Ketika ada seorang mas-mas yang masuk tempat sholat perempuan untuk menyalakan kipas angin (tombolnya ada di situ), dia menutup sebagian wajahnya dengan tangan agar tidak melihat ke arah kami. Lalu setelah sholat (dan setelah mayoritas jamaah sudah pergi), ada seorang bapak-bapak (yang memberikan banyak informasi ke kami) sempat heran karena kami dari 'jauh' dan hanya perempuan. Beliau bilang kalau punya anak perempuan tidak akan mengizinkan anaknya begitu. Hmm. Jadi di sini agak terasa gimanaaa gitu ketika kami hanya perempuan bertiga (tanpa mahram) mbolang hingga ke sana. Tapi orang-orangnya tetap ramah kok. Mereka memberikan informasi dan menunjukkan jalan dengan ramah.

Sedikit melenceng dari cerita, karena wilayah ini religius, aku jadi ingat rombongan orang-orang Malaysia yang datang ke MI dulu. Jadi kan dulu aku SD nya di madrasah yang masih satu yayasan dengan pesantren. Kalo gak salah waktu kelas 4, ada rombongan orang Malaysia berkunjung ke pesantren. Mereka pakai jubah-jubah putih. Sebelum kembali ke negaranya, mereka ngasi uang ke kami bocah-bocah kecil kampung yang lugu. Aku masih ingat kami berbaris rapi mirip antri sembako buat dapet uang ringgit, lalu dengan bangga diceritakan ke keluarga. Tiap anak dapat selembar uang kertas 1 ringgit. Aku menyimpan uang itu sejak masa kanak-kanak itu, bertekad kelak aku akan menggunakannya suatu hari nanti ketika aku berkesempatan menginjakkan kaki di Malaysia. Akhirnya setelah 12 tahun disimpan, selembar uang 1 ringgit itu betul-betul aku pakai di Malaysia, di pengalaman ke Johor ini (ah nyimpen duit seringgit aja aku bertahan 12 tahun.. apalagi nyimpen perasan ini *tsaah *abaikan). Agak lecek dikit kertasnya tapi masih berlaku kok wkwk. Salah satu impian terwujud. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?


Kembali ke cerita, setelah jalan kaki sedikit menuju jalan raya, kami naik bus lagi. Pukul 15.10 sudah di JB Sentral, beli cinderamata khas Johor, lalu beli makanan dibungkus untuk makan nanti (lumayan kan daripada beli di Singapura mahal wkwk dan beli di Malaysia lebih terjamin kehalalannya). Sampai di gedung imigrasi, kali ini yang diputar lagunya Rossa. Ah orang Malaysia ini suka lagu-lagu Indonesia ya :)

Setelah ngurus imigrasi keluar dari Malaysia, kami naik bus tujuan Woodland (perbatasan imigrasi Singapura), bukan Changi. Kami sengaja naik bus 2x, jadi pake oper/transit karena sudah kapok ketinggalan bus haha. Ongkosnya RM 1,40 (gak enak ya nyebut Ringgit Malaysia sebagai RM karena itu inisialku wkwk). Sampai di Woodland, kami jadi lebih santai ngurus imigrasinya karena gak ada batasan waktu 15 menit. Pukul 16.40 kami naik busnya Tig*r Air dari Woodland ke Changi. Sebenernya maskapai yang satu ini juga ngasi fasilitas gratis dan kami memang akan pulang naik maskapai ini, tapi kan jam penerbangannya lebih dari 24 jam ke depan, jadi kami naik sebagai penumpang umum, bayar ongkos SGD 6.
(Mengabadikan momen di dalam bus. Busnya lagi sepi jadi kami bisa bebas pindah-pindah kursi buat foto wkwk)

Pukul 17.20 kami tiba di Changi. Mengisi air di botol minum (mental anak kos haha), lalu ke Stasiun MRT dan menuju penginapan.

Pukul 18.50 kami tiba di hostel. Kabar baiknya, pihak hostel meng-upgrade kamar yang kami pesan, dari semula kamar kecil kapasitas 4 orang non AC menjadi kamar kapasitas 7 orang dan ada AC-nya, tanpa biaya tambahan. Yeeey :D
Lelah... makan, mandi, sholat, tidur...

Sabtu, 16 Januari 2016.
Esok harinya kami sarapan di hostel, masih termasuk dalam fasilitas menginap. Cuma roti selai sih (ya iyalah, emang berharapnya apa, nasi krawu?). Lalu berangkat naik MRT menuju icon-nya Singapura: apalagi kalau bukan patung Merlion.


(SMRT. Sebenarnya KRL Jabodetabek gak begitu kalah sih, hehe. Naik ini biasa aja gak kaget, gak se-gembira waktu pertama kali naik KRL :D )


Naik keretanya biasa aja, kecuali.... soal budaya tertibnya. Penumpang yang akan naik berbaris rapi mendahulukan penumpang yang turun, tertib mengantri, gak ada yang berdesakan/serobotan, budaya malu jika duduk di kursi prioritas padahal tidak berhak, gak ada yang melanggar larangan makan/minum, dll. Ah andai di Manggarai, Tanah Abang, Duri, dan semuanya bisa tertib begitu...

Jalan kaki dari stasiun terdekat ke Merlion lumayan kerasa juga...ditambah cuaca yang panas banget.... dan akhirnya.........

(Kriyep-kriyep silau ngadep matahari wkwkw)
(Trio mbolang -mbocah ilang- )


Abaikan ujung tongsis yang kelihatan karena lupa belum dipendekin wkwkw)

Puas foto-foto dan kepanasan di Merlion Park, agenda selanjutnya kami akan ke Sentosa Island. Kami sudah ngidam pengen naik cable car alias kereta gantung.

(Loket untuk beli tiket cable car)

Biaya naik cable car kalau dirupiahkan hampir Rp 300 ribu. Itu ongkos untuk satu paket perjalanan menuju Sentosa Island, pindah-pindah stasiun, dan balik lagi ke 'daratan utama' Singapura. Lumayan mahal. Sebenarnya untuk ke Sentosa Island juga ada jalur darat yang jauh lebih hemat yaitu naik bus, tapi yah itu tadi, kami sudah ngidam naik ini.. hehe.

(Harbourfront-Sentosa Cable Car.. ah senangnya, dulunya tahu yg kayak begini cuma liat dari film Conan :p )
 NB: waktu itu aku belum tahu kalau di Ancol juga ada kereta gantung.

Nah di Pulau Sentosa ini juga ada Patung Merlion. Lebih kecil dan warnanya kuning kecoklatan.
(Sentosa Merlion)


Di Pulau Sentosa ini juga ada kereta monorail. Tapi kami gak naik. Duit dolar menipis, cukup tahu aja deh.. haha.
(Sentosa Monorail)

(Numpang foto di depan bola bunder yang super mainstream ini. Aku baru tahu kalo bola dunianya ini muter wkwk. Jadi gak perlu berebut/gantian bagian depan, tinggal sabar nunggu tulisannya pas)

Pemberhentian cable car berikutnya dekat pantai. Yeeey pantai :D
(Siloso Beach Sentosa)

Saat antri foto di tulisan Siloso ini, ada pasangan seperti tokoh bapak-ibu di drama Korea. Si Ibu tampak ramah, muncullah ide iseng, aku coba nyapa "Annyeonghaseyo", Ibu itu menjawab agak panjang dan kami cuma senyum-senyum geleng-geleng karena gak paham ngomong apa. Lalu Ibu itu mengajak kami foto bareng (dengan bahasa Tarsan). Selesai foto agar tidak diam canggung akhirnya cuma bisa bilang "nice to meet you", wkwkwk.


Setelah cukup puas di Sentosa Island (belum puas sih sebenernya, tapi keterbatasan waktu), kami balik ke daratan utama, ke stasiun MRT, lalu melanjutkan agenda berikutnya menuju Chinese and Japanese Garden.
(Chinese Garden)

Tiap lihat pagoda begini langsung teringat film Kera Sakti, maklum waktu kecil nontonnya itu sih :D
Chinese Garden bersebelahan dengan Japanese Garden. Di sini pemandangannya bagus dan ada orang foto pre-wed. Aaaahh..
(Japanese Garden. Fokus utama bukan yang di dekat jembatan, tapi yang di belakang pakai baju hitam dan putih #eaaa)


Serasa berada di Jepang, semacam di Kyoto gitu -padahal belom pernah ke Jepang sih wkwk, yah maksudku serasa di film-film drama Jepang- ).


Area di Chinese and Japanese Garden ini nyaman, sejuk, bikin betah pokonya. Cocok untuk piknik keluarga. Tapi yah lagi-lagi karena keterbatasan waktu kami harus balik ke stasiun. Selanjutnya menuju Orchard Road. Gak belanja sih, cuma pengen tahu aja jalan yang konon terkenal itu.
(Orchard Road. Jalan yang legendaris. Terkenal sebagai tempat belanja barang-barang branded)

Setelah berpikir "Oh jadi begini toh Orchard", gak butuh waktu lama langsung saja kami balik ke stasiun dan menuju tujuan berikutnya yaitu Little India. Sesuai dengan namanya, di sini banyak orang berasal dari atau keturunan India. Ada banyak toko perhiasan seperti gelang-gelang besar dan aksesoris khas India. Ada posternya Karina Kapoor gede (ah jadi ketahuan masa kecilnya nonton film India wkwk). Menurut brosur yang ada denah area Little India, di sini ada beberapa masjid. Kami mencari yang terdekat jika ditempuh jalan kaki dari stasiun.

(Masjid Abdul Gafoor di Little India)


Di halaman masjid ini bertemu seorang bapak yang mengaku ibunya berasal dari Aceh dan bapaknya Malaysia (lupa kota mana). Tapi beliau lahir dan tinggal di Singapura. Beliau sangat ramah dan menyebut kami sebagai "saudara jiran". Pasangan bapak-ibu yang kami temui kemarin di JB Sentral Johor Bahru juga menyebut kami begitu, bersikap sebagai saudara serumpun. Indahnya persaudaraan :)
Setelah jamak dhuhur dan ashar di masjid, kami lanjut ke Chinatown. Salah satunya untuk belanja oleh-oleh yang terkenal murah meriah di sana.


Tiba di Chinatown, kebetulan sedang ada festival. Jadi rame, ada panggung, ada pertunjukan, tari-tarian dengan cosplay kera sakti, dsb suasana Cina-nya kental banget. Yeeey seru rame, tapi negatifnya jadi agak susah cari jalan menuju restoran cepat saji 'makde' (you know what i mean). Kami lapar, sepanjang jalan berusaha cari makanan halal tapi gak dapet dan akhirnya terpaksa penyelamatnya adalah 'makde'. Tapi posisi 'makde' ada di seberang kami (seberang panggung). Kami harus jalan memutar jauh dan butuh waktu agak lama. Oh ya gerai-gerai 'makde' di Singapura tidak menjual nasi, tidak seperti di Indonesia. Jadi yaaa 'hanya' makan burger. Aku beli yang paket sama kentang dan soft drink seharga SGD 5. Minumannya ganti Mi*o nambah SGD 0.60. Sempet dilihatin bapak-bapak di 'makde' karena kami ngitung duit receh di sana, mungkin prihatin campur kasian, wkwkw tapi biarin lah namanya juga mbolang :D


(Banyak lampion, lebih banyak lagi manusianya).

Berhubung banyak waktu terpakai di Chinatown melebihi rencana, akhirnya kami gak sempat ke Marina Bay. Badan juga sudah lelah jadi yasudahlah. Sudah cukup puas kok liburan kali ini :)

Kami kembali ke hostel untuk istirahat dan persiapan pulang esok harinya.

Ahad, 17 Januari 2016

Setelah pagi-pagi sarapan roti di hostel, checkout dan berpamitan dengan Jeremiah (pengelola hostel), dan berangkat menuju Changi. Kenapa kami pulang Ahad pagi gak sore atau malam aja? Karena harga tiketnya 2x lipat, yang terjangkau ya pagi wkwk.
Mari pulang marilah pulang.. ah jadi ingat Ibuk di rumah. Ibuk suka sekali bunga)


Pukul 9.00 kami sudah masuk boarding gate. Ah sabun muka ludes kena pemeriksaan gara-gara ukuran botolnya 150 ml (di sini maksimal 100 ml). Sayang banget isinya masih setengah lebih. Di Changi ini pemeriksaannya ketat.


Pukul 9.45 waktu Singapura pesawat berangkat.


Jam 11 WIB sampai di SOETA, langsung cari makan karena belom makan nasi (sama dengan belum makan menurut orang Jawa wkwk).
Alhamdulillah.. lega paspor yang udah dibikin sejak dua tahun lalu akhirnya kepake juga, kini ada stempel-stempelnya :p
(Gembira saat berangkat paspor mulai ada stempelnya wkwk)


FYI, ini kartu yang kami pakai untuk naik MRT. Sebetulnya ada pilihan lain pakai kartu Singapore Tourist Pass yang bisa dipakai untuk naik MRT sepuasnya selama 3 atau 5 hari, bayarnya langsung gelondongan paket 3 hari atau 5 hari. Tapi setelah dihitung-hitung, kami gak begitu banyak sih pakenya, lebih murah kartu biasa yang diisi ulang. Ditambah, kartu Singapore Tourist Pass ada uang jaminannya SGD 10 (hampir Rp 100 ribu) yang baru akan dikembalikan kalau kami ngembalikan kartu. Untuk ngembalikan kartu harus di loketnya yang kalo gak salah baru buka jam 9, sedangkan kami jam 9 sudah masuk boarding gate. Gak akan cukup waktunya, jadilah kami beli kartu biasa produk ezli*k ini seharga SGD 5. Kartu ini juga bisa dipakai belanja di minimarket-minimarket di sana. Yah semacam e-mon*y nya Bank Mand*ri lah kalo di Indonesia.


Info pengeluaran secara garis besar (karena ada beberapa kawan yang nanya):
Tiket pesawat PP913,500
Penginapan 2 malam421,500
Uang S$90 x 9750877,500
Uang RM38 x 3230122,750
Internet Ind*sat join30,000
Beli makanan di CGK 2x51,500
PP gojek dan bus damri kos-CGK97,000
TOTAL2,513,750
NB:
- Uang ringgit dan dolar Singapura hampir habis, sisa receh aja. Kepake untuk biaya transportasi (kartu MRT dan isi ulang, bus, cable car), makan dan minum, dan suvenir/oleh-oleh.
- Internet Ind*sat join itu maksudnya gini.. di sana kami gak perlu beli kartu perdana, tetap pakai nomer Ind*sat kami. Tapi paket internetnya mahal sehari Rp 90 ribu unlimited. Kami cuma butuh untuk lihat peta aja kok buat nyari jalan pas hari Sabtu. Jadi kami registrasi dari salah satu HP, yang lainnya tethering, biaya pulsanya dibagi tiga orang (kreatif kan wkwk). Untuk keperluan lain ada wifi kenceng kok di bandara, hostel, dsb.

Evaluasi:
-Waktu kurang lama, jadi agak dikejar jadwal sampe gak sempet ke Marina Bay.
-Pengeluaran di Johor gak begitu banyak jadi uang ringgit kebanyakan, uang SGD kurang, sampe nuker uang ringgit ke SGD waktu di Chinatown.
-Maksud hati pengen sambil latihan ngobrol pake Bahasa Inggris, apa daya tiap nanya orang selalu dijawab pake Bahasa Melayu, atau dipanggilkan temannya yang orang Melayu. Jadi kalau niatnya melatih bahasa, sebaiknya ke negara non Bahasa Melayu, tapi lebih mahal emang. Semoga suatu hari nanti kesampean. Aamiin..

Demikian.

Comments