Filosofi Jari-jari Tangan


Bagi banyak orang, filosofi jari-jari tangan sudah sering terdengar. Tapi, tidak ada salahnya saya uraikan menurut pemikiran dan bahasa saya sendiri (walaupun awut-awutan. Hehe).

Maha Suci Allah, yang telah menganugerahkan kepada kita jari-jari yang berbeda-beda. Jempol, telunjuk, jari tengah, jari manis, dan kelingking.

Jari-jari tangan ini bisa dijadikan ibarat untuk sebuah organisasi. Entah itu sebuah tim, keluarga, pemerintahan mulai lingkup kecil hingga besar, dsb (kesemuanya itu organisasi kan?).
Sebuah organisasi, memiliki komponen-komponen (anggota) yang berbeda-beda, namun bekerja sama untuk tujuan yang sama.

Dalam sebuah tim ada ketua, dan ada anggota-anggota dengan tugas masing-masing. Dalam keluarga ada kepala keluarga, ibu rumah tangga, kakak, adik, dsb.

Sebuah tangan mengetik SMS (bukan HP dengan keypad qwerty). Jempol bergerak-gerak menekan keypad, telunjuk menyangga bagian atas HP, jari tengah dan jari manis menyangga bagian belakang, jari kelingking menyangga bagian bawah. Jari-jari yang berbeda itu bekerja sama. Dalam hal ini mana yang lebih penting, apakah jempol, telunjuk, atau yang lainnya? Tidak ada. Bayangkan bila tangan kita terdiri dari jempol semua, atau telunjuk semua, atau kecil-kecil kelingking semua?
Tidak hanya mengetik SMS, semua kegiatan lain akan sulit, misalnya menggenggam batu.

Bekerja sama tidak selalu berarti semua melakukan hal yang sama. Yang benar adalah semua "dengan sadar" berperan dalam mencapai tujuan bersama, tetapi peran itu bisa berbeda-beda sesuai kemampuan masing-masing.

Keragaman itulah yang membentuk kesempurnaan.

Begitupun sebuah organisasi. Tidak akan berjalan ketika anggotanya memiliki watak dan kemampuan yang sama (misalnya ingin memimpin semua, atau justru pasif menunggu komando semua) dan tidak harus dengan peran yang sama. Tidak ada yang lebih unggul, tidak ada yang "lebih", semua dibutuhkan. Tetapi juga diharapkan seperti jari-jari tangan ketika mengetik SMS, tidak ada yang diam saja. Kelima jari berperan, seakan sudah "disetel" (bahasa indo.nya apa ya?) serentak dan otomatis sesuai kemampuannya.

Contoh dalam keluarga, tidak perlu seorang kakak mengeluh karena selalu mengantar adiknya, tidak perlu seorang adik mengeluh karena bertugas menyapu rumah.
Jempol tidak pernah mengeluh ketika mengetik SMS harus selalu bergerak-gerak.

(bingung mau ditutup pake apa, wes buntu)
Intinya begitulah. Kesadaran dan ikhlas.

Terima kasih yang membaca. Mohon maaf karena kurang jelas, hanya mengisi waktu luang. Semoga bermanfaat.

Comments