JAPANESE LEVEL I (Materi XIV: Keiyoushi = Kata Sifat)

Sebelumnya kita sudah mempelajari materi ke-13 tentang kata kerja Memberi-Menerima, Meminjami-Meminjam, dan Mengajar-Berguru. Kali ini materi ke-14 tentang ‘Keiyoushi’ yaitu Kata Sifat. Insya Allah setelah materi ini hanya tinggal satu materi lagi untuk level 1. Semoga bermanfaat. Belajar Bahasa Jepang itu mudah dan menyenangkan :D   *sugesti*

(Semua post materi belajar Bahasa Jepang di blog atau note FB saya boleh dikutip, share, repost, copas, dsbgnya yang intinya disebarluaskan, tentunya dengan menyebutkan sumbernya).
                                                                                                       
Dalam Bahasa Jepang, kata sifat dibagi menjadi 2 yaitu kata sifat ‘na’ dan kata sifat ‘i’.



1.    Kata sifat ‘i’, atau disebut ikeiyoushi
Disebut kata sifat ‘i’ karena berakhiran ‘i’. Dan karena huruf Jepang hampir semuanya adalah huruf hidup (contoh: ka-ki-ku-ke-ko, tidak ada huruf  ‘k’ mati), maka jika huruf hidup yang paling belakang sudah berakhiran ‘i’ seperti ‘shi’, maka huruf ‘i’ nya menjadi ganda yaitu ‘shii’. Sedangkan kalo huruf hidupnya berakhiran ‘i’ tapi ‘i’ nya gak ganda, maka termasuk kata sifat ‘na’.
Gak paham? Bingung? Mbulet? Tenang...  setelah ini banyak contoh-contohnya dan akan mudah dipahami kok  :D

Contoh-contoh kata sifat ‘i’:
-    Okii =besar
     (tuh kan ‘i’ nya ada 2, karena ‘i’ yang pertama dari huruf ‘ki’ sedangkan yang ke dua asli huruf ‘i’).
-    Chiisai = kecil
     (kenapa huruf ‘i’ belakangnya 1? karena huruf hidup yang paling belakang kan ‘sa’, tidak berakhiran ‘i’).
-    Atarashii =baru.
-    Furui = lama.
-    Atsui = panas (untuk suhu ruangan, cuaca, maupun makanan dan minuman)
-    Mutsu atsui = atatakai = gerah.
-    Samui = dingin (cold, untuk suhu ruangan/cuaca, atau digunakan ketika kita merasakan dingin)
-    Tsumetai = dingin (cold objects, misalnya untuk makanan/minuman, digunakan untuk menyatakan suatu benda yang dingin, dan bisa juga digunakan untuk menyatakan karakter “dingin” seseorang).

-    Ii = baik/boleh.
-    Warui = jelek (untuk perilaku, seperti membuang sampah sembarangan).
-    Muzukashii = sulit.
-    Yasashii = mudah, bisa juga berarti baik/halus/lemah lembut (kanjinya yang beda).
-    Takai = mahal/tinggi.
-    Yasui = murah.
-    Hikui = rendah.
-    Omoshiroii = menarik.
-    Tsumaranai = membosankan.
-    Tanoshimii = menyenangkan.
-    Kuroi = hitam.
-    Shiroi = putih.
-    Akai = merah.
-    Midori = hijau.
-    Aoi = biru.
-    Oishii = enak (makanan).
-    Isogashii = sibuk.
-    Karai = pedas.  (aji = rasa, tapi ‘aji’ termasuk kata benda)
-    Shio karai = asin.
-    Suppai = asam.
-    Amai = manis.
-    Nigai = pahit.
-    Mazui = hambar (rasa makanan).
-    Hiroi = luas.
-    Semai = sempit.

Cara penggunaan kata sifat ‘i’:
kata sifat + kata benda atau ---kata benda---  wa  ---kata sifat--- desu.
Contoh-contoh:
-         Ano kuroi kaban wa watashi no desu = tas hitam yang di sana itu milik saya.
-         Sono kamera wa takai desu ne = kamera yang itu mahal ya..
-         Ima furui jitensha wa doko desuka = sepeda (pancal) yang lama sekarang ada di mana?

2.    Kata sifat ‘na’, atau disebut nakeiyoushi
Disebut kata sifat  ‘na’  bukan berarti belakangnya  ‘na’ lho.. melainkan karena ketika dipasangkan dengan kata benda, digunakan semacam kata hubung  ‘na’. Tenang.. ini juga nanti ada contoh penggunaannya.

Contoh-contohkata sifat ‘na’:
-         Benri = praktis (misal: email, kan lebih praktis dibandingkan surat pake kertas)
-         Genki = sehat.
-         Yuumei = terkenal.
-         Hima = nganggur (waktu luang).
-         Kirei = cantik/indah/elok/bersih.
-         Shizuka = sepi/tenang.
-         Nigiyaka = ramai.
-         Shinsetsu = ramah(tamah).
-         Hansamu = tampan.
-         Suteki = mengagumkan/luar biasa.
-         Kimochi = nyaman.
-         Hen/okashi = aneh.
-         Jidai okure = jadul/ketinggalan zaman (jidai = zaman, okure = terlambat).

Cara penggunaan kata sifat ‘na’:  ---kata sifat--- na ---kata benda---
Contoh-contoh:
-         Kono kirei na namae wa anata no desuka = apakah nama yang indah ini namamu? *eh kok gombal gini*
-         Shinichi Kudo wa yuumei na tantei desu = Shinichi Kudo adalah detektif terkenal.

Mungkin ada yang bertanya-tanya:  Mengapa  ‘kirei’  dan  ‘yuumei’ tergolong kata sifat  ‘na’  padahal belakangnya  ‘i’?
Jawab: Karena kata yang berakhiran  ‘ei’  tidak dibaca  ‘ei’  melainkan dibaca  ’ee’, sehingga  ‘kirei’ dibaca  ‘kiree’.


# Benda dengan 2 Kata Sifat #
Jika kata sifat yang pertama dengan yang ke dua setara, digunakan kata  ‘soushite’ yang artinya lagipula/dan juga.
Contoh:  Ano uchi wa kirei desu. Soushite hiroi desu = Rumah yang di sana itu indah dan juga luas.
Jika kata sifat yang pertama dengan yang ke dua bertentangan, digunakan kata  ‘demo’  atau ‘ga’ yang artinya tetapi/namun.
Contoh: Yamada-san wa hansamu na otoko desu, demo warui desu = Yamada adalah laki-laki yang tampan, namun jelek (perilakunya). Ketika kata  'demo' diganti dengan  'ga'  juga boleh, maksudnya sama yaitu menunjukkan pertentangan 2 sifat.


# Kata Sifat Bentuk Negatif #
Maksudnya bentuk negatif itu bukan berarti kata sifat yang jelek-jelek, melainkan bentuk TIDAK dari kata sifat yang ada.
Contoh:  ‘baru’,  bentuk negatifnya ya  ‘tidak baru’. Tapi kalau  ‘lama’  itu bentuk positif lho, bentuk negatifnya  ‘tidak lama’.
Itu tadi kan mudah karena Bahasa Indonesia, bagaimana dengan Bahasa Jepangnya? Kita tunggu setelah pariwara berikut ini. Jangan kemana-mana !  *eh salah, langsung kita lanjutkan kok*

Untuk kata sifat ‘i’, bentuk negatifnya:
Huruf i (yang asli ‘i’/paling belakang) hilang, diganti  ‘kunai’.
Contoh:  tidak mahal = takakunai, tidak menarik =omoshirokunai, tidak mudah = yasashikunai.
Pengecualian: khusus untuk yang satu ini yaitu kata sifat ‘ii’ yang artinya ‘baik/boleh’ jika bentuk negatif berubah menjadi ‘yo kunai’

Untuk kata sifat ‘na’, bentuk negatifnya:
Akhir kalimat menggunakan  ‘ja arimasen’ (atau kalau bentuk tulis  ‘dewa arimasen’)
Contoh:  nigiyaka na uchi ja arimasen = rumah yang tidak ramai.

Selain kata sifat positif-negatif, biasanya digunakan 2 kata berikut:
1.      Totemo  = sangat.
Jika menggunakan totemo maka jelas kalimatnya positif.
Contoh-contoh:
-         Tes yang sangat mudah = totemo yasashii tesuto desu.
-         Orang yang sangat sehat = totemo genki na hito desu.
Catatan:  Totemo dipakai khusus bentuk positif.  Kalau ingin menyatakan ‘sangat negatif’ gunakan kata ‘hontou ni’.  Contoh: makanan itu sangat tidak enak = ano tabemono wa hontou ni oishikunai desu.

2.      Amari  =  tidak seberapa.  
Jika menggunakan amari maka kalimatnya negatif.
Contoh-contoh:
-         Kota yang tidak begitu praktis = amari benri na machi ja arimasen.
-         Makanan yang tidak begitu enak = amari oishikunai tabemono desu. (tetap pakai desu karena bentuk negatifnya dinyatakan dengan  ‘kunai’).

Kata tanya yang biasa digunakan berkaitan dengan kata sifat: (nanti jawabannya menyebutkan sifat dari benda/apa yang ditanyakan).
Dou desuka = bagaimana?
Donna = yang bagaimana?

Mada + kata kerja positif = masih.
Mada + kata kerja negatif = belum.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Karena materi-materi Bahasa Jepang ini berupa post tulisan (dan hanya tulisan), maka saya pikir penting untuk selalu mencantumkan cara membaca romaji di setiap post materi Bahasa Jepang, agar pembaca tidak mengalami kekeliruan ketika mengucapkan kata-kata Bahasa Jepang.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kosa kata yang dibaca panjang dalam Bahasa Jepang:
 Dalam Bahasa Jepang ada aturan panjang atau pendek dalam membacanya, yang bisa berpengaruh ke maknanya (mirip mad thobi'i gitu lah..hehe)
1. Kalau hiragana (kata jepang asli) yang dibaca panjang tulisannya pakai "ou" atau huruf vokalnya dikasi garis di atasnya.
  contoh: youbi (atau ditulis yobi dgn ada garis di atas huruf "o") artinya hari, dibaca yoobi.
2. Kalau katakana (kata serapan) yg dibaca panjang kadang ditulis dgn ada garis di atas huruf vokalnya (seperti hiragana) atau kadang ada garis "-" setelah huruf vokalnya.
  contoh: su-pa- artinya supermarket, dibaca suupaa.

Cara baca lainnya:
 - Kalau ada huruf "n" ketemu huruf "p" dibaca "m".
  contoh: enpitsu artinya pensil, dibaca empitsu.
- Kalau ada huruf "n" ketemu huruf "b" juga dibaca "m" (kayak iqlab yaa).
 contoh: shinbun artinya koran, dibaca shimbung.
- Kalau ada huruf "n" mati ketemu "k" dibaca "ng".
  contoh: denki artinya lampu, dibaca dengki.
- Kalau ada huruf "n" mati sering dibaca "ng".
  contoh: kaban artinya tas, dibaca kabang. contoh lain: konban artinya malam, dibaca kombang.
- Kalau ada huruf "g" boleh tetap dibaca "g" dan ada yg boleh dibaca "ng".
  contoh: kagi artinya kunci, boleh dibaca kangi dan boleh tetap dibaca kagi.
  contoh lagi: gogo artinya p.m.(penunjuk waktu mulai jam 12 siang), boleh tetap dibaca gogo dan boleh juga dibaca gongo.

Comments

Post a Comment